Boby Rahman Kades Tegal Maja Tetap Ikat Program di Desa Sesuai Visi-Misinya

Sasaka.id, Lombok Utara – Bobi Rahman menjabat sebagai kepala desa Tegal Maja pada tahun 2020 hingga saat ini. Selama 4 tahun menjabat, Bobi Rahman menerapkan sistem yang tertuang pada visi misinya. Ini dilakukan tidak lain dalam menentukan apa yang menjadi RKP desa serta regulasi yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan desa.
“Kepemimpinan mengelola masyarakat itu tidak hanya kades seorang. Tentu ada banyak pula perangkat-perangkat desa serta lembaga dan termasuk kewilayahan desa seperti sekdes dan seterusnya, adapula lembaga pemerintah dari pusat” ucapnya, Selasa (30/01/2024).
Terkait karakteristik desa, Bobi menyampaikan, sampai saat ini tetap kondusif. Tingkat toleransi masyarakat sangat tinggi karena ada dua agama didesa Tegal Maja yaitu Islam dan Budha sehingga masyarakat Tegal Maja membangun kekeluargaan dalam toleransi.
“Dalam toleransi dimasyarakat kedua agama ini kekeluargaannya sangat tinggi misalnya saling menghargai, menghormati tali persaudaraannya,” ungkapnya.
Selain itu, program ketahanan pangan berkelanjutan diterapkan sedemikian rupa oleh masyarakat Tegal Maja.
“Contohnya ayam bertelur pasarannya dengan harga Rp. 45.000 per kilo, mungkin kita bisa kasih dengan harga lebih rendah dari harga pasaran dan masih banyak juga program usaha lainnya seperti coklat,kopi dan mente” ucapnya menjelaskan.
Kemudian, peningkatan pelayanan melalui simpel desa jadi perangkat tidak lagi melalui promosi. Untuk pelayanan sekarang menggunakan tanda tangan elektronik dimana pun berada masyarakat bisa menghubungi jarak jauh.
“Sistem elektronik dan saya juga bisa tanda tangan jarak jauh saja serta ada kadus-kadus yang mengkawal masyarakat.”
Terkait persoalan ringan dalam desa itu sendiri diselesaikan oleh Majelis Krama Desa (MKD). Difungsikan dalam menyelesaikan persoalan sosial kecuali bentuknya pembunuhan itu persoalan berat diselesaikan dikantor.
“MKD ini menyelesaikan masalah bentuknya sosial seperti KDRT, pembagian warisan dan sebagainya persoalan ringan tidak dengan yang berat,” bebernya.
Boby juga kerap bersosialisasi dengan warga. Hampir setiap pekan ia mengunjungi warga di dusun-dusun yang ada di desa Tegal Maja.
“Saya lebih banyak ke sosial kemasyarakatan. Lebih banyak turun sosialisasi. Terkait potensi kemasyarakatan tersebut seperti apa misalkan sekarang menunggu anggaran dulu tidak bisa melakukan program lebih pada sosial kemasyarakatan.” lanjutnya.
Terkait kendala memang tergantung potensi desa. Seperti pengolahan sampah akan tetapi tidak ada lahan Pemda. Begitupula dengan beli tanah tidak memungkinkan dengan kondisi anggaran. Yang ada kemudian hanya bisa bekerjasama dengan dinas kebersihan.
“Adapula program pemerintah pusat tetapi kendalanya juga pada lahan. Nah kalau hal lain terkait pembangunan menurut saya tidak terlalu atau sekiranya tidak ada kendala.” tutup Bobi. (nda)