Petani di Lombok Utara Keluhkan Langkanya BBM Jenis Solar

Sasaka.id, Lombok Utara – Petani Kecamatan Bayan mengeluhkan langkanya BBM jenis solar bersubsidi yang mengakibatkan terganggunya kegiatan bercocok tanam ke II, para petani kesulitan untuk mendapatkan kebutuhan solar bersubsidi. Hal itu membuat sistem pengairan ke ladang berkurang. Imbasnya akan menghambat pertumbuhan tanaman dan meningkatkan kemungkinan gagal panen. (11/6/2021).
Saat di temui di ruangannya anggota Komisi I DPRD Lombok Utara dari Fraksi Golongan Karya Raden Nyakradi, S.Pd., mengatakan, matapencaharian terbesar masyarakat di Daerah Lombok Utara adalah pertanian dan nelayan, sekarang petani berada pada musim tanam ke II khususnya di daerah irigasi permanen persawahan atau ladang termasuk persawahan irigasi sumur bor, yang sering dihadapi hampir setiap tahun pada musim kemarau yakni para petani selalu menghadapi kendala air irigasi, ujarnya.
Lanjut Raden Nyakradi, S.Pd., terutama sekali para petani ladang dan sawah sumur bor yang berada di Kecamatan Bayan dan Kecamatan Kayangan, persoalan air irigasi macet disebabkan kondisi kelangkaan BBM jenis solar subsidi atau sulitnya membeli solar di pengecer atau SPBU di Lombok Utara selalu kosong, tandasnya.
Saya harap SPBU supaya para petani yang membutuhkan BBM jenis solar subsidi bisa diberikan prioritas untuk mendapatkan solar agar tanaman jagung, kacang, dan sebagainya yang ditanam petani tidak mati.
Perlu koordinasi dengan pihak-pihak terkait dengan pengamanan ini agar BBM subsidi tersebut ketersediaannya aman untuk masyarakat khusus petani di Kecamatan Bayan dan Kecamatan Kayangan sehingga usaha pertanian sebagai mayoritas penopang utama matapencaharian masyarakat tetap terjaga dan berjalan baik, tutup anggota DPRD komisi I dari Fraksi Golongan Karya Kabupaten Lombok Utara Raden Nyakradi, S.Pd.
Saat ditemui di rumah nya petani Desa Sukadana Ismanep mengatakan, musim tanam pada Bulan Juni Tahun ini terasa berbeda bagi petani di Desa Sukadana, Kecamatan Bayan, terutama sekali bagi petani yang menggunakan irigasi dari sumur bor, hal ini terjadi karena dampak langkanya BBM jenis solar, ujarnya.
Untuk mesin irigasi sumur bor yang ada di Desa Sukadana. Saya selaku petani pemanfaat irigasi sumur bor ini juga sangat merasakan dampak dari langkanya solar, sampai hari ini saya belum berani menanam jagung yang biasanya ditanam oleh petani sumur bor pada musim kemarau atau masa tanam ke II, tandasnya
Saya sudah mengeluarkan biaya pembersihan lahan yang sudah lumayan banyak. Namun, belum berani melanjutkan sampai proses penanaman karena sulitnya solar.
Parapetani sumur bor yang lain juga banyak yang mengeluhkan hal yang sama dengan saya, beberapa keterangan dari teman petani berkeluh kesah dengan mahalnya harga solar ini, ada petani yang membeli dengan harga yang beragam tergantung tempat/penjual solar tersebut.
Lanjut Ismanep, saya selaku perwakilan dari masyarakat pemanfaat irigasi sumur bor berharap adanya peran serta dan tindak lanjut pemerintah untuk bagaimana membantu kami untuk mengatasi kelangkaan BBM jenis solar untuk kebutuhan irigasi sumur bor, karena satu- satunya harapan kami sebagi petani adalah melalui kegiatan bercocok tanam yang sangat bergantung pada irigasi sumur bor ini.
Semoga pemerintah dalam hal ini instansi terkait bisa segera menemukan solusi untuk mngatasi malah ini, sehingga petani pemanfaat sumur bor bisa melanjutkan aktivitas bercocok tanam seperti biasanya, tutup Ismanep.
Ditempat yang berbeda pihak SPBU Kayangan, Edi sebagai operator mengatakan, bukan masalah langka BBM jenis solar tapi jatah kami hanya 8000 KL sekali pengiriman seminggu 2 atau 3 kali, sebenarnya kalau dibilang langka itu tidak, ini memamang program dari pemerintah sedangkan kita disini diberi quota atau jatah perbulan hanya 11 KL atau 8000 liter, terangnya
Dan itu pertamina yang mengatur seminggu 2 kali dan itu tidak bisa lebih kurang pun tidak, tetapi bisa jadi dikurangi yang satu bulanya begitu juga Premium kita hanya setor uang saja, yang 11 KL itu jatah 1 Bulan berarti cuman 11 hari hitunganya dan itu diatur pihak pertamina yang jatah untuk ke kita begitupun Premiumnya semua NTB seperti itu, tandasnya
Pertamina yang punya program dari pemerintah langgsung, pertamax, pertalite tetap ada tidak pernah kosong karena Non Subaidi dimana mana SPBU masih ada seperti itu, bukan kita yang mengaturnya, tutup operator SPBU Kayangan Edi. (ms)